Berdakwah di Hutan

::Harapan kepada pejuang masa depan::

upaya perubahan yang kita kehendaki di masyarakat bukan sekedar perubahan bentuk zahir masyarakat, namun merubah suatu realita kepada realita baru yakni: pemikiran, moral, budaya, termasuk prinsip-prinsip beraqidah yang mencakup seluruh elemen dan dimensi manusia . Artinya seluruh warga di masyarakat merupakan objek dakwah yang harus direncanakan perubahan Islamisasinya. Dan upaya itu mutlak harus dilakukan sebagai kader dakwah yang berada di tengah masyarakat. “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” [Ar-Ra’d:11]



Sebagai sunatullah dakwah, tentangan atas seruan perubahan itu akan senantiasa ada, bahkan sejak dahulu kala; “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)..” [Al-An’am:112]

Melibatkan seluruh masyarakat
Sebuah ilustrasi yang indah pernah diungkapkan oleh Hasan Al-Banna; “Juru dakwah ibarat gardu listrik yang menyebarkan aliran listrik untuk menerangi setiap sudut dan pelosok kota. Adalah tugas dan tanggungjawab para dai menyampaikan sinar-sinar Islam kepada segenap lapisan masyarakat.”

Pertama Islam tidak membenarkan sikap berdiam diri ummatnya, tidak mau berdakwah lantaran takut munculnya resiko, fitnah, cobaan, dll. “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir"…[al Kahfi: 29]

Kedua prinsip jahriyatu da’wah (dakwah secara terang-terangan). Para Nabi sekali-kali tidak pernah memutuskan aktifitas dakwah kepada kaumnya secara umum, meskipun didapati mereka sangat apriori terhadap dakwah. Para Nabi konsisten memberi nasihat kaumnya dengan segala metode, berusaha melakukan perbaikan, memohon ampunan untuk mereka, menjalin hubungan sosial, dan bahkan beradu argumentasi dengan penguasa; “Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. [Al-An’am:48]

Ikwatifillah, masyarakat mengetahui siapa kita tanpa kita memperkenalkan lebih jauh siapa kita sebenarnya. Mereka selalu menyoroti tindak-tanduk kita, mereka yang bersimpati akan meniru dan menjadikan kita teladan. Kepada orang-orang seperti ini kita harus berusaha menaruh perhatian yang besar kepada mereka. Bagi mereka yang menjaga jarak kepada kita, maka akan selalu menyoroti untuk mencari kesalahan dan kekurangan kita. Untuk golongan seperti ini jangan kemudian kita jauhi dan terlalu menjaga jarak kepada mereka. Kita perlu hadir ditengah-tengah mereka untuk menawarkan hidayah yang kita yakini kebenarannya. Yaa Allah ampunilah mereka, berilah hidayah bagi mereka, sesungguhnya mereka kaum yang tidak merngetahui...

Dakwah Nabi Nuh
Nabi Nuh [alaihi salam] tak kenal frustasi dalam berdakwah. Siang malam, beliau selalu berupaya memperbaiki kaumnya. Dengan berbagai macam cara. “Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan[1517], kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam[1518], maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-“[Nuh:5-10]

Pentingnya perencanaan
Bergerak tanpa terencana, berakibat pada semakin panjangnya masa perjuangan dari yang semestinya, menjadikan banyak pengorbanan para pendukung dakwah yang tidak pada tempatnya, bertambahnya barisan sakit hati, dan image negatif kepada aktifis dakwah itu sendiri. Dalam pengambilan kebijakan perencanaan, perlu diperhatikan kebutuhan dakwah dan melihat daya dukung yang ada. Perencanaan sendiri juga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan pembaruan ketika situasi dan kondisi menuntut metode dakwah harus inovatif dan kreatif, agar dakwah tidak hambar. Namun kreatifitas tersebut tetaplah mengarah pada tujuan yang telah dikehendaki bersama. Kuncinya menjaga orisinalitas (asholah) tanpa mematikan kreatifitas.

Menyatu dengan masyarakat
Bagaimanapun inti gerakan dakwah Islam merupakan gerakan massa. Inilah realitas masyarakat kampus dan pengaruh Islam harus mampu memasuki setiap celah kehidupan sosial masyarakat . Sehingga tidak satupun celah yang luput dari cahaya pengaruh Islam. Pada dasarnya dakwah Islam merupakan reaksi yang muncul dari lubuk hati masyarakat, melihat kerusakan dan keraguan disana-sini. Kemudian menjadi kekhawatiran berubah menjadi semangat yang membuncah dan mewujudkan gerakan perubahan. Itu semua merupakan hasil dari juru dakwah yang berinteraksi dengan denyut jantung masyarakat, hidup ditengah-tengah mereka. Bukan eksklusifisme dan kemudian terisolasi.

Karena itu, para juru dakwah harus hidup ditengah-tengah masyarakat. Mendengarkan keluhan mereka dan berusaha memberi sumbangsih untuk memecahkan problem mereka. Bukan menjaga jarak. Seharusnya kita gembira dan bersedih, tertawa dan menangis bersama masyarakat.

Menguasai masyarakat
Yang menjadi harapan gerakan kita adalah agar sikap masyarakat menjadi implementasi dari sikap kita. Kemarahan masyarakat adalah kemarahan kita. Masyarakat senang dengan senangnya gerakan kita. Mereka menghargai jerih payah gerakan dakwah dan turut melindungi kebijakan dakwah. Dari sini, salah satu aspek keberhasilan dakwah dapat diukur, yakni melalui kemampuannya menguasai masyarakat. Yang berbahaya ketika kita menganggap remeh masyarakat, frustasi terhadap realitas mayarakat dan tidak menjalin baik dengan mereka.

Antara gerakan dakwah dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Gerakan dakwah adalah dari dan untuk masyarakat. Sedangkan realitas masyarakat, kelak berasal dari gerakan dakwah dan untuk gerakan dakwah.

Seandainya Rosulullah hadir dalam mimpi malamku, kan kubisikkan di telinga kanan beliau; “Nabi aku ingin berjihad bersamamu…”

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Berdakwah di Hutan"

  1. Assalamu'alaikum wr wb,

    Berdakwah di hutan? memang hutan ada penghuninya yach? setau tini sich cuman mahluk-mahluk langka.. hehehe Just kidding :)

    Mungkin tempatnya memang seperti hutan, belum ada pasokan listrik, dan juga air bersih, bukan itu saja, lapangan kerja juga tidak menjanjikan. Jalanan becek jika hujan, masyarakat sangat perhatian pada lingkunganya, termasuk aib-aib lingkunganya, itulah masyarakat pedesaan dan bukan di hutan :D

    Jika anda berpikir mencari ladang dakwah, juga ladang jihad, yang pasti siap mengorbankan segala kemewahan dan punya jiwa pengabdian maka di sanalah tempatnya?

    Seandainya Rosulullah hadir dalam mimpi malamku, kan kubisikkan di telinga kanan beliau; “Nabi aku ingin berjihad bersamamu…” "amin"

    satu cerpen untuk anda tentang panggilan berdakwah di nun juh di sana, semoga manfaat.

    http://tinisyifa.blogspot.com/2008/03/harum-kesturi-di-desa-terpencil.html

    Wassalamu'alaikum
    tiny

    ReplyDelete

Sahabat... semua ide punya cacat, tapi dengan pendapat dari mu, ide itu akan semakin sempurna :
Ayo sempurnakan ide agar dia jadi kenyataan,Demi PERUBAHAN!!!!