Filsafat

Suatu ketika, saya di”marahi” oleh seorang kawan. Sebabnya sepele, karena saya membaca buku tentang filsafat pendidikan. Saat itu saya merasa bingung, tepatnya saya bingung apa yang salah dengan saya. Apakah salah karena saya membaca buku ini di waktu kuliah atau karena saya membaca buku yang berkaitan dengan filsafat.



Beranjak dari kebingungan tadi, saya beranikan diri untuk bertanya balik, mengapa saya dimarahi, dengan lugas dia mengatakan karena saya mempelajari filsafat. Lalu dengan nada protes dan reaktif saya mengatakan bahwa segala sesuatu harus dipahami lewat filsafat, apalagi mengenai pendidikan atau keilmuan, kita perlu mengkritisi ilmu-ilmu kita, apakah sesuai dengan epistemologi ilmu atau kita hanya di-cucuk hidung untuk berperilaku sesuai ilmu yang ada di ”textbook” kita, tanpa pengkritisan. Lalu rekan saya tadi berkata singkat, filsafat adalah sesat. Zleb... bagai pedang tajam yang menusuk dada, saya hanya bisa cengar-cengir.
Peristiwa diatas saya alami ketika saya duduk disemester 2, waktu itu saya sedang riang-riangnya mempelajari filsafat. Sejak peristiwa tersebut, saya pun semakin tertarik dan terbuai dengan filsafat. Mulai dari filsafat materialisme-historis (hegelian), filsafat pendidikan baik islam maupun barat, filsafat pancasila, filsafat kontemporer dan lain-lain. Tokoh-tokoh seperti hasan hanafi, habermas, marx, stephen law, naquib al attas, nietzche menjadi akrab dengan saya.
Filsafat dan Islam
Mencoba untuk menyimpulkan mengapa teman saya berani mengeluarkan pernyataan bahwa filsafat adalah sesat, ialah karena sejarah islam, umat islam terpecah menjadi beberapa golongan. Ada satu golongan yang selalu menggunakan rasionalitas lebih besar daripada ”iman”, yakni muktazil’ah. Menurut frame berpikir teman saya ini, muktazilah adalah golongan yang sesat. Selain hal di atas, filsafat dikatakan sesat karena mencoba mencari kebenaran hakiki, padahal Islam telah mengajarkan bahwa kebenaran hakiki adalah Alloh SWT. Kalangan tasawuf yang merupakan bagian dari filsafat islam memandang ajarannya untuk mencari dasar dari segala dasar, dan menjadi sangat berbahaya karena pengakuan mereka (tasawuf/filsafat) akan bersatunya mereka dengan Tuhan (Ana Al Haj), sehingga ketika seorang sufi sudah memahami dasar dari segala dasar mereka bisa mengatakan bahwa mereka telah bersatu dengan Tuhan. Bukan tujuan saya untuk mendefinisikan Muktazilah dan tasawuf disini, melainkan saya mencoba untuk memaparkan argumentasi pribadi tentang mengapa memahami filsafat itu penting dan tidak bertentangan dengan islam.
Kegunaan utama dari mempelajari filsafat adalah menjadikan manusia kreatif dalam berpikir, karena filsafat menekankan aspek kebebasan berpikir. Apakah hal ini bertentangan dengan islam ? Wallahualam. Menurut al-Ghazali (beliau mengkafirkan filosof) ada tiga hal yang membawa filosof pada kekufuran, yakni pendapat bahwa alam dan semua substansi adalah qadim (tidak bermula), Tuhan tidak mengetahui juz’iyyat (perincian yang ada di alam), kebangkitan jasmani tidak ada. Yang menarik adalah paska Ghazali mengkafirkan filosof di belahan bumi lain Ibnu rusd membantah pernyataan ghazali tersebut.
Di luar dari pro-kontra filsafat di tubuh pemikir Islam terdahulu, saya hanya mencoba menyampaikan bahwa memang ada pembatasan berpikir dalam islam, karena di islam ada hal-hal yang hanya mampu ditangkap oleh keimanan, seperti adanya tuhan, takdir, surga dan lain-lain. Hal ini yang menyebabkan filsafat dalam islam tidak lagi merupakan filsafat yang mencoba untuk menggali adanya tuhan atau tidak, dan juga bukan pula filsafat yang mencari kebenaran hakiki, karena dua hal ini sudah jelas ditegaskan dalam Firman Alloh yang bisa kita baca di Alquan. Dan seorang muslim tidak boleh ragu terhadap apa yang telah tersirat di Alquran. Bila ragu maka ada yang salah dengan pemahamn ke-Islamannya.
Filsafat Hari Ini
Secara umum filsafat terdiri dari tiga aspek, yakni epistemologi (sering dibahasakan keperiadaan), ontologi dan aksiologi. Gampangnya dalam memahami tiga hal ini, kita bisa mengajukan beberapa pertanyaan yang meng-cover aspek-aspek diatas, yakni mengapa sesuatu ”ada”, idealita dari ke”ada”an tersebut apa, dan bagaimana mewujudkan ke”ada”an tadi.
Penting sekali memahami filsafat, karena filsafat mampu membantu memberikan pemahaman mendalam akan segala sesuatu, terutama ilmu-ilmu kita yang bermacam-macam ini (manajemen, akuntansi, komputer, politik, hukum, kedokteran dan yang lain). Lebih lanjut dengan paham akan filsafat kita pun tahu darimana ilmu berasal, dan bertujuan untuk apa. Apalagi mengenai filsafat pendidikan, kita perlu mengerti, apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak, untuk apa manusia memahami ilmu, beserta pertanyaan-pertanyaan lainnya. Dan kita perlu kritis, apakah ilmu-ilmu kita ini bisa bermanfaat untuk rakyat, atau ilmu-ilmu kita ini hanya menge-set kita untuk menjadi ”robot-robot made in kapitalisme” atau ?, atau lainnya.
Sebagai muslim jangan apriori dulu ketika mendengar kata filsafat, yang harus dilakukan adalah pengkritisan terhadap sesuatu hal, termasuk fisafat itu sendiri. Selama tidak bertentangan dengan akidah, maka kembangkan saja pola pikir kritis, bila pun ingin mengkritisi sesuatu yang berkaitan dengan akidah, ada baiknya agar dalam menyelami pengkritisan ini teman-teman didampingi oleh seorang guru.
Yang jelas filsafat hari ini menjadi semakin menarik karena Dian Sastro kan anak filsafat (he...he..)
Ini hanya pendapat, bukan ijtihad apalagi fatwa.

wass

Subscribe to receive free email updates:

6 Responses to "Filsafat"

  1. Wa bukan orang yg bergelut dgn buku2 filsafat -kecuali buku 'dunia sofie(klo boleh buku ini di sebut buku filsafat)' dari situ wa bisa nangkep klo nggak ada yg salah dengan filsafat, yg salah mungkin orang-orang yg salah menafsirkannya.

    Bukankah senjata nggak punya pilihan lain selain mengikuti kehendak yg empunya?

    ReplyDelete
  2. sepakat!!! emang sih kalo dilihat dari sisi yang berbeda bakal kelihatan lebih indah dan lebih bermakna. kita jadi enggak terkungkung dengan paradigma umum yang udah ada yang blom tentu bener semua. kebenaran mutlak hanya milik Alloh to...
    gak semua yang lw denger itu bener hehehe...

    anggi ^_^

    ReplyDelete
  3. pak andi mesta bilang "tergantung". ya maksudnya tergantung bagaimana qta menafsirkannya, sepakat bro...........?

    ReplyDelete
  4. my best opinion 4 u, bro........sepakat.

    ReplyDelete
  5. gak yakin abang baca buku filsafat..:-?
    halah..ega ini sok tau bgt.
    menurut literatur yg ega baca sih, umat Islam ini semakin mundur akibat fatwa haramnya belajar filsafat.
    Pd awal perkembangan Islam, justru barat belajar sama ilmuan Islam. Sekarang malah sebaliknya.
    Tentu aja filsafatnya yg gak kebablasan menuhankan Akal donk.
    Segala sesuatu itu bisa dijelaskan dan dipelajari. Maka tak ada yg mustahil di dunia ini. Hanya saja Qt lemah dan Allah Maha Mengetahui segalanya.
    Makanya, sebelum belajar yg laen2, aqidahnya kudu bener dulu. Kalo nggak, bisa kaya' orgil tuh belajar filsafat.
    Pernah denger kan orang filsafat sering dikatai gila.
    Karena muara dari segala ilmu blom paham.
    Saran buat yg suka baca buku filsafat, pelajari dulu lah Aqidah Islam...Oke!
    Tetep semangat menggali ilmu yah..
    Biar Islam makin jaya dan makin banyak orang2 'Alimnya..

    Salam buat pecinta filsafat -CYA- from:ega

    ReplyDelete
  6. kalo kata dosen ane (keluaran s2 flsafat oxford niih),, cuma ada dua kemungkinan orang yg belajr filsafat,,, yaitu gila or atheis,, wallahua'lam deih,,,sjauh mana kbnrannya.
    tp bner jg siih yg pnting dah mpe mana ke imanan qt sama Allah,,,tp kata dosen sy siih "kalo otak lo ga nyampe mending jgn sok-sok an nyoba deh".tp mnrut sy hakikat ilmu itu bs dipelajri,,,tp terkdg kita ngegunain ilmu yg ada cm buat kepentingan dan pembelaan pribadi ajah...so..yah sutralah...

    ReplyDelete

Sahabat... semua ide punya cacat, tapi dengan pendapat dari mu, ide itu akan semakin sempurna :
Ayo sempurnakan ide agar dia jadi kenyataan,Demi PERUBAHAN!!!!