DAKWAH FARDIYAH DI KAMPUS

Setelah memahami bab ini aktifis dakwah kampus diharapkan mampu untuk melakukan dakwah fardiyah dan membimbing para mad’u yang potensial kepada halaqoh-halaqoh

Sosok aktifis dakwah kampus hendaknya memiliki kemampuan daya rekrut yang tinggi. Bagi para pelajar, mahasiswa dan dosen kita, daya rekrut ini hendaknya terus-menerus ditingkatkan dengan berbagai jalan. Salah satunya adalah dengan dakwah fardiyah yang intensif terhadap pelajar atau mahasiswa yang berpotensi di kampusnya masing-masing.
Dakwah fardiyah di kampus sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dakwah fardiyah untuk masyarakat umum. Bahkan di sini kita mendapat kesempatan yang lebih luas untuk melakukan pendekatan ilmiah melalui buku-buku, studi Islam, kegiatan-kegiatan Islam, dan lain-lain. Pendekatan yang diberikan hendaknya juga sesuai dengan bidang yang diminati mad’u.


Dakwah fardiyah hanya merupakan satu dari sekian banyak uslub dakwah yang efektif untuk melakukan pembinaan. Pada prinsipnya, Islam membuka jalan selebar-lebarnya bagi perkembangan uslub dakwah ini, sepanjang tidak menyalahi metode yang bijaksana dan pengajaran yang baik.

Firman Allah: “Serulah ke jalan Allah dengan hikmah dan pengajaran yang baik. Berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang baik”. (QS An Nahl 125).
Rasulullah bersabda: “ Tidaklah seharusnya orangmenyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar kecuali memiliki tiga sifat, yakni lemah lembut dalam dalam menyuruh dan melarang (mencegah), mengerti apa yang harus dilarang dan adil terhadap apa yang harus dilarang”. (HR Dailami)

Dakwah fardiyah mempunyai akibat dan kesan yang baik pada pada mad’u, karena mad’u terkontrol sepenuhnyaoleh seorang aktifis dakwah. Selain itu dakwah fardiyah merupakan jembatan antara dakwah aamah dan takwiniyah. Ia dilakukan pada tahap permulaan untuk dakwah aamah dan ditahap pertengahan untuk pengkaderan.

Langkah-Langkah Dakwah Fardiyah Di Kampus
1.Inventarisasi Potensi
Langkah penting dalam memulai dakwah fardiyah di kampus adalah menginventarisasi potensi kampus. Gunanya untuk memetakan sasaran dakwah yang akan dilakukan. Inventarisasi ini dilakukan bersama-sama dengan aktifis dakwah kampus lain di kampus tersebut. Bisa juga dengan melibatkan mereka yang kenal dengan kondisi kampus seperti para alumni, guru, dan sebagainya, dengan tanpa menimbulkan kecurigaan dalam pengumpulan datanya.

Inventarisasi potensi bisa pula memanfaatkan data-data statistik yang ada pada sekolah, jurusan, fakultas, atau universitas yang bersangkutan. Ini dilakukan minimal setiap pergantian semester, terutama pada saat penerimaan pelajar dan mahasiswa baru. Agar efektifnya kegiatan ini, hendaknya para aktifis dakwah kampus yang ada dalam suatu kampus/sekolah mengadakan pertemuan rutin.

2.Memilih Mad’u
Bila aktifis dakwah kampus telah mengenal kondisi medan dakwah kampus yang dihadapi, maka ia wajib memilih mahasiswa-mhasiswa yang potensial untuk diadakan pendekatan pribadi. Pilihan dilakukan berdasarkan syuro dalam pertemuan yang melibatkan seluruh aktifis dakwah kampus yang terlibat dalam kampus yang bersangkutan atau lembaga dakwah yang kita bentuk. Yang dimaksud pelajar dan mahasiswa potensial di sini adalah mereka yang memiliki kemampuan penalaran yang tinggi dan mempunyai fitrah yang baik untuk dikembangkan ke arah amal Islami di masa datang walau mungkin saat ini perilakunya belum Islami.

3.Melakukan Pendekatan
Kita perlu memilih langkah yang tepat untuk merekrut pelajar, mahasiswa atau dosen tersebut. Pendekatan bertujuan untuk membina hubungan baik (silaturrahim) yang kelak akan ditingkatkan pada hubungan dakwah. Kunci dari keberhasilan dakwah ini adalah keteladanan. Keteladanan yang diberikan aktifis dakwah kampus akan memberikan hasil yang maksimal.

Jenis-jenis pendekatan yang bisa dilakukan antara lain:
•Pendekatan Jasa
Ini sebaiknya dilakukan di tahap awal dakwah fardiyah. Biasanya para mahasiswa dan pelajar yang baru masuk sangat membutuhkan bantuan dari kakak-kakak kelas mereka (senior) seperti pencarian pemondokan, biaya sekolah, bea siswa, dan sebagainya. Alangkah baiknya bila aktifis dakwah kampus membantu mereka untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas kampus kendati hanya sekedar informasi. Mereka yang memperoleh bantuan ini biasanya merasa sangat berhutang budi dan patuh kepada orang yang menolongnya sehingga mudah didakwahi.

•Pendekatan Ilmiah
Dengan memberikan bimbingan pelajaran yang diperlukan oleh mereka yang kita arahkan. Ini bisa dilakukan dengan tentir-tentir dalam berbagai mata kuliah atau mata pelajaran tertentu yang biasanya dianggap sulit. Dalam bimbingan tersebut, tentu saja kita selipkan hal-hal yang bisa menyentuh fitrah keislaman mereka. Pemberian buku-buku pelajaran, diktat, alat-alat praktek, dan sebagainya, yang dibutuhkan oleh mereka akan sangat membantu.

•Pendekatan Keluarga
Yaitu Pendekatan berdasarkan hubungan famili dengan mad’u yang hendak kitapilih. Misalnya kaka terhadap adik, paman terhadap keponakan, dan sebagainya. Pendekatan ini biasanya cukup efektif.

•Pendekatan Kurikuler
Yaitu pendekatan yang memanfaatkan penyelenggaraan kurikulum pelajaran sekolah yang bersangkutan. Bagi para aktifis dakwah kampus yang telah menjadi dosen melalui pelajaran yang diajarkan atau dengan memberi tugas-tugas khusus yang membuatnya lebih jauh berkenalan dengan calon mad’u. para senior bisa memanfaatkan saat-saat OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus) untuk melakukan hubungan dan menawarkan berbagai jasa.

•Pendekatan Non Kurikuler
Yaitu pendekatan yang memanfaatkan kegiatan-kegiatan non kurikuler seperti olahraga atau kesenian. Tetapi para da’i hendaknya berhati-hati melakukan pendekatan ini, jangan sampai terperosok pada hal-hal yang laghwi. Para aktifis dakwah kampus yang memiliki keahlian tertentu dapat memanfaatkan keahliannya dalam pendekatan ini. Misalnya seseorang yang mampu melakukan beladiri hendaknya menggunakan beladiri tersebut untuk wasilah dakwah fardiyah ini.

Dalam pendekatan hendaknya tidak terlalu ngotot terhadap orang-orang tertentu yang dianggap potensial. Sebenarnya orang-orang yang mau mengikuti jalan dakwah ini adalah manusia-manusia pilihan Allah. Tidak mustahil orang yang kita anggap potensial ternyata sukar disekati. Bershabarlah dalam melakukan pendekatan karena keberhasilannya sangat tergantung kepada hidayah Allah terhadap seseorang.

4.Tahapan Dakwah Fardiyah
Bagian terpenting pembahasan ini adalah melakukan dakwah fardiyah kepada mad’u yang telah berhasil didekati. Dalam hal ini perhatikan langkah-langkah berikut:

•Memperkenalkan mad’u dengan kebesaran Allah, kemuliaan dan keagungan-Nya dalam berbagai segi.
Memperkenalkan mad’u pada kebesaran Allah merupakan langkah awal dari setiap dakwah fardiyah. Pendekatan yang paling tepat untuk ini adalah melalui bidang studi yang digeluti oleh para mad’u. Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa para pelajar atau mahasiswa yang punya kecenderungan pada ilmu-ilmu murni mudah didekati melalui disiplin ilmu yang mereka amati. Sementara para pelajar atau mahasiswa yang kecenderungannya ilmu sosial memerlukan penjelasan Islam yang rasional dan menyentuh masalah-masalah fitrah kemanusiaan mereka.

Mad’u dapat kita perkenalkan pada keagungan dan kemuliaan Allah melalui obrolan-obrolan sederhana tetapi memberikan masukan imani ke dalam hatinya. Atau dengan memberikan buku-buku aqidah yang sederhana dengan penjelasan yang menggunakan ayat-ayat kauniyah. Mad’u juga dapat diperkenalkan pada Allah melalui gejala-gejala sosial kehidupan yang menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya.

•tentang keindahan dan kesempurnaan ajaran Islam.
Setelah pemahaman mad’u tentang kebesaran Allah terbentuk, ia perlu mengerti tentang ajaran Islam. Maka kewajiban selanjutnya adalah menyajikan Islam dalam penampilan yang sebaik-baiknya. Islam yang difahamkan kepada mad’u hendaknya merupakan prinsip-prinsip dasar, jauh dari ikhtilaf yang ada pada kaum muslimin. Yang paling penting bagi mad’u di kampus adalah segera memahami aksioma (albadihiyat) dalam islamdan melihat keselarasan Islam dengan sunah kauniyah (sunnatullah di alam semesta). Jauhkan mad’u dari memandang Islam secara sempit atau sukar dipelajari karena terlalu banyak atribut. Bila upaya ini berhasil, rincian Islam akan ia pelajari sendiri dengan bimbingan kita.

Di tahap ini, dakwah aamah biasanya memberi peran yang besar dalam menimbulkan perubahan pada diri mad’u. Karena itu untuk lebih menyempurnakan interaksi mad’u dengan Islam, hendaknya mereka mulai dibawa pada kegiatan Islam di kampus seperti mendengarkan ceramah, diskusi keislaman, dan sebagainya yang bersifat teoritis.
•Mengadaptasikan mad’u pada suasana hidup Islami.

Yaitu dengan membawa mad’u pada kegiatan-kegiatan praktis Islam. Seperti mengikutsertakannya pada rihlah, jambore, wisata Islam, pengkajian tafakur di alam terbuka, dan sebagainya. Bisa juga dengan melibatkan mad’u pada pada kepanitiaan kegiatan dakwah, bazar Islam dan sebagainya. Mad’u hendaknya dilibatkan dalam pembentukan opini Islam yang dibentuk di kampus.

Target yang ingin dicapai pada langkah ini adalah membuat mad’u merasakan kenikmatan suasana Islami yang penuh kekompakan dan persaudaraan. Pada gilirannya ia mempunyai kesimpulan bahwa Islam adalah pedoman hidup yang sempurna dan tidak ada kelemahannya. Dengan demikian mad'u ’kan bangga dengan Islam dan mulai mengislamisasikan dirinya atau memperlihatkan identitas Islam dalam penampilannya sehari-hari.

•Membimbing mad’u dalam beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah
Kita perlu memperbaiki hubungan mad’u dengan Allah dengan memberikan penjelasan-penjelasan praktis tentang ibadat seperti sholat, membaca Al Qur’an, melakukan shoum sunnah dan sebagainya. Beberapa hukum fiqih yang sederhana hendaknya mulai diperkenalkan kepada mad’u. Dengan memberikan buku yang praktis atau dengan memb erikan contoh langsung. Tetapi kita harus menghindarkan mad’u pada bentuk-bentuk ikhtilaf yang membawa pada perpecahan.

Sekarang ini banyak mahasiswa memerlukan perbaikan dalam membaca Al Qur’an tetapi enggan belajar karena tidak ada pembimbing. Banyak pula mahaiswa yang ingin melakukan sholat tetapi tidak mau mengerjakan karena tidak ada yang membimbing.
Setelah langkah keempat ini tsiqoh mad’u akan semakin meningkat, di saat itulah kita bisa melakukan kegiatan untuk mengarahkan mad’u pada kegiatan dakwah khusus atau pengkaderan.
•Mengantar mad’u untuk memperdalam ajaran Islam dalam halaqoh-halaqoh tarbiyah.
Kita mulai mengajak mad’u untuk mengikuti mukatsaf tentang islam atau mendorongnya belajar kepada seorang ikhwah yang mampu membina. Memungkinkan, ia bisa dibina sendiri oleh kita dalam halaqoh. Pembinaan yang sifatnya umum hanya sampai ke peringkat ini, selanjutnya mad’u diperkenalkan kepada dakwah yang lebih syamilah. Tentu saja melalui proses pemilihan yang selektif.
Dari langkah ini, tampaklah kesinambungan dakwah umum dengan pembinaan yang kita lakukan. Dakwah fardiyah berfungsi sebagai pengantar bagi aktifitas dakwah yang lebih mendalam.

UNTUK DIDISKUSIKAN
1.Seandainya antum ditunjuk untuk menjadi salah seorang panitia penerimaan mahasiswa baru di fakultas. Apa yang antum lakukan untuk dakwah? Coba sebutkan secara rinci!
2.Buatlah rancangan rekruiting di fakultas antum selama satu semester yang akan dilaksanakan oleh seluruh aktifis dakwah kampus yang terlibat dalam dakwah yang berada di fakultas dimana antum berada.
3.Gerakan dakwah membutuhkan informasi akurat tentang gerakan haddamah non Islam yang berkembang di kampus antum dan menugaskannya kepada antum. Langkah-langkah apa saja yang akan antum lakukan? Sebutkan satu persatu sehingga informasi itu bisa diperoleh seakurat mungkin.
4.Bagaimanakah menghadapi seorang yang potensial, berminat dengan dakwah kita, tetapi telah mengikuti kelompok dakwah lain.
5.Buatlah daftar hambatan-hambatan dakwah fardiyah yang mungkin antum jumpai di sekolah antum beserta penyelesaian yang mungkin untuk mengatasinya.

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "DAKWAH FARDIYAH DI KAMPUS"

Sahabat... semua ide punya cacat, tapi dengan pendapat dari mu, ide itu akan semakin sempurna :
Ayo sempurnakan ide agar dia jadi kenyataan,Demi PERUBAHAN!!!!